Pada tanggal 21 November 2015, pendederan ikan nila dimulai dengan menggunakan bibit nila berukuran 1-2 cm sebanyak 75.000 ekor yang sudah dijantanisasi. Langkah ini merupakan bagian penting dalam upaya meningkatkan produksi ikan nila untuk kebutuhan pasar lokal maupun ekspor. Bibit sebanyak ini kemudian ditempatkan dalam 2 petak jaring hapa berwarna hijau dengan ukuran 6 x 12 x 0,8 meter/jaring. Hal ini dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit ikan nila.
Selain itu, pakan yang digunakan dalam pendederan ini adalah pakan PSP dalam bentuk tepung. Proses pemberian pakan dilakukan dengan cara mengubah pakan tepung PSP menjadi bola-bola kecil dengan sedikit campuran air sebagai perekat. Metode ini dipilih untuk menghindari terbuangnya pakan akibat terbawa arus karena pendederan dilakukan di jaring apung. Sebaliknya, dalam pendederan yang dilakukan pada kolam darat, pakan dalam bentuk bubuk PSP bisa langsung ditebar tanpa perlu diubah menjadi bola-bola.
Pentingnya pakan yang sesuai dan teknik pendederan yang tepat tidak hanya memengaruhi pertumbuhan ikan nila secara keseluruhan, tetapi juga berdampak pada kesehatan dan kualitas ikan yang dihasilkan. Pakan PSP dipilih karena kandungan nutrisi yang lengkap dan mudah diserap oleh ikan nila, sehingga dapat memastikan pertumbuhan yang optimal.
Selain itu, penggunaan jaring hapa berwarna hijau dengan ukuran yang tepat juga berperan penting dalam keberhasilan pendederan. Jaring hapa hijau telah terbukti efektif dalam melindungi bibit ikan nila dari predator dan kondisi lingkungan yang tidak diinginkan.Setelah 1 minggu berada di hapa (jaring warna hijau), bibit nila telah tumbuh menjadi ukuran 2-4 cm dengan berat per ekor (MBW) sekitar 0,3-0,6 gram. Untuk memastikan pertumbuhan optimal, bibit nila kemudian dipindahkan ke waring warna hitam yang memiliki lubang yang lebih besar daripada hapa hijau.
Waring yang digunakan memiliki dimensi 12 x 6 x 4 meter, memberikan ruang yang cukup luas bagi bibit nila untuk berkembang tanpa terhambat. Hal ini penting mengingat hapa hijau dengan lubang yang kecil telah mengganggu sirkulasi air dan oksigen, serta menghambat pertumbuhan ikan karena tertutupi lumut.
Pemindahan ke waring hitam bukan hanya sekadar langkah fisik, tetapi juga strategi manajemen pendederan yang cerdas. Dengan lingkungan yang lebih baik dan sirkulasi yang optimal, diharapkan pertumbuhan dan kesehatan ikan nila dapat terjaga dengan baik.
Dalam konteks ini, pemilihan waring hitam juga memberikan keuntungan dalam hal optimasi lingkungan pendederan. Lubang yang lebih besar mempercepat sirkulasi air dan oksigen, serta menghindari gangguan pertumbuhan akibat penyumbatan oleh lumut.
Dengan strategi pendederan yang terencana dan berbasis pada kondisi lingkungan yang optimal, diharapkan produksi ikan nila dapat meningkat secara signifikan. Pemindahan ke waring hitam menjadi salah satu langkah kunci dalam mencapai tujuan tersebut.
Pada saat bibit nila mencapai ukuran 2-4 cm, langkah selanjutnya dalam proses pendederan adalah memberikan pakan butiran FF-888. Pakan ini diberikan dengan metode adlibitum, artinya diberikan secara bebas sampai bibit nila merasa kenyang. Namun, ada beberapa teknik khusus yang saya terapkan dalam pemberian pakan ini untuk memastikan pertumbuhan dan kesehatan bibit nila tetap optimal.
Pertama, pakan FF-888 yang saya berikan dibasahi sedikit dengan campuran air yang mengandung vitamin C sebanyak 2% dari jumlah pakan. Hal ini dilakukan untuk membuat tekstur pakan menjadi lebih lembut dan mudah dicerna oleh bibit nila. Vitamin C juga memiliki peran penting dalam menjaga ketahanan tubuh bibit ikan, terutama saat pendederan dilakukan di waduk.
Kondisi air di waduk seringkali tidak stabil dan dapat berubah-ubah, hal ini dapat menyebabkan stres pada bibit ikan dan menurunkan ketahanan tubuhnya. Dengan memberikan tambahan vitamin C dalam pakan, diharapkan bibit nila dapat lebih tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan dan tetap sehat selama proses pendederan berlangsung.
Pemilihan pakan FF-888 juga tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan berdasarkan pertimbangan kandungan nutrisi yang lengkap dan dapat diserap dengan baik oleh bibit ikan nila. Dengan demikian, strategi pemberian pakan ini menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam mencapai pertumbuhan yang optimal pada fase pendederan ikan nila di waduk.
Dengan demikian, strategi pemberian pakan yang saya terapkan tidak hanya mempertimbangkan nutrisi yang diperlukan bibit nila, tetapi juga faktor-faktor lingkungan seperti perubahan kondisi air di waduk. Hal ini menjadi bagian penting dalam upaya menjaga kesehatan dan pertumbuhan yang optimal pada bibit nila selama proses pendederan.
Pada tahap selanjutnya dalam proses pendederan ikan nila, setelah bibit mencapai ukuran 5-7 cm dengan bobot ABW sekitar 2-6 gram, saya mengganti pakan FF-888 dengan pakan FF-999. Pakan FF-999 memiliki butiran yang lebih besar dibandingkan dengan FF-888, sehingga cocok untuk bibit nila yang sudah mencapai ukuran dan bobot yang lebih besar.
Pemberian pakan FF-999 ini dilakukan selama 3 minggu setelah pergantian pakan, atau bisa juga disesuaikan hingga bibit nila mencapai bobot yang diinginkan sekitar 20 gram per ekor. Saat ini, masa pendederan sudah berjalan selama 33 hari dan bibit ikan baru memiliki bobot ABW antara 2-7 gram.