Penelitian : Riza Rahman Hakim, S.Pi,
Universitas Muhammadiyah Malang (Penelitian Pengembangan Iptek, 2009)
Judul : Penambahan Kalsium Pada Pakan untuk
Meningkatkan Frekuensi Molting Lobster Air Tawar (Cherax Quadricarinatus)
Hasil : Metode
yang digunakan adalah eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Adapun perlakuan yang digunakan adalah penambahan kalsium pada
pakan dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu perlakuan A = 0 % (tanpa penambahan kalsium), B = 2 %,
C = 4 %, dan D = 6 %.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penambahan kalsium pada pakan dapat meningkatkan frekuensi molting lobster air tawar.
Hal ini ditunjukkan
dengan perlakuan B (2%) yang memiliki frekuensi molting tertinggi, yaitu 7,33.
Selanjutnya diikuti oleh perlakuan D (6%) = 7,00, perlakuan A (0%) = 6,33, dan perlakuan C (4%) = 5,67.
Penambahan kalsium pada
pakan juga memberikan pengaruh yang positif pada sintasan dan pertumbuhan lobster air
tawar. Pada semua perlakuan pakan yang ditambahkan kalsium menunjukkan nilai sintasan yang lebih
tinggi dibandingkan
perlakuan pakan yang tidak ditambahkan kalsium. Data ratarata sintasan lobster air tawar secara
berurutan adalah sebagai berikut; perlakuan
B (2%) = 93,33%, D (6%) = 93,33%, C (4%) = 86,67%, dan A (0%) = 80 %. Sedangkan
data rata-rata pertumbuhan lobster air tawar secara berurutan adalah sebagai berikut; perlakuan B (2%) =
0,85 g, D (6%) = 0,79 g,
C (4%) = 0,78 g, dan A (0%) = 0,73 g.
Disarankan
agar dalam budidaya lobster air tawar khususnya pada stadia benih, dapat menggunakan pakan yang ditambahkan
kalsium 2%, sehingga
dapat meningkatkan sintasan dan pertumbuhan lobster air tawar tersebut.
Penelitian : Lies Emmawati Hadie*),
Wartono Hadie*), dan Iin Iiana Kusmini**), Pusat Riset
Perikanan Budidaya Pasar Minggu, disetujui dan dipublikasi oleh Balai Riset
Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor (2010)
Judul : Kajian Efektifitas Kalsium Untuk
Pengembangan Teknologi
Intensif pada Budidaya Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)
Hasil : Penelitian dilakukan secara in door pada bak semen yang dilengkapi
dengan system resirkulasi. Rancangan penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak
Lengkap dengan 4 perlakuan konsentrasi penambahan calcium hydroxide ke dalam media yaitu 0 mg/L, 5 mg/L, 10 mg/L dan
15 mg/L. Masing-masing pelakuan mendapat 3 ulangan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa efek pemberian kalsium (CaOH2) pada lobster air
tawar terlihat secara signifikan memberikan efek yang positif dan jauh lebih
baik dibandingkan dengan control (P<0 5="5" baik="baik" dalam="dalam" hasil="hasil" kalsium="kalsium" konsentrasi="konsentrasi" lobster.="lobster." memberikan="memberikan" mempengaruhi="mempengaruhi" mg="mg" o:p="o:p" petumbuhan="petumbuhan" yang="yang">0>
Penelitian : Jenny Abidin, Intitut
Pertanian Bogor (Tesis, 2011)
Judul : Penambahan Kalsium untuk
Meningkatkan Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Juvenil Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de man) pada Media Bersalinitas.
Hasil : Hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa
laju pertumbuhan bobot harian mengalami peningkatan pada penambahan 20 mg/L
(2,83%), 40 mg/L (3,33%),60 mg/L (3,70%) dan menurun pada perlakuan 80 mg/L
(2,00%). Perlakuan tanpa penambahan kalsium dengan laju pertumbuhan yang
terendah (1,80%). Laju pertumbuhan panjang harian juvenil udang galah tertinggi
pada perlakuan 60 mg/L (3,46%) dan terendah pada perlakuan tanpa penambahan
kalsium (1,73%). Kelangsungan hidup pada penelitian tahap I relatif tinggi
yaitu berkisar antara 98-100%. Penelitian tahap II menunjukkan bahwa kadar
mineral kalsium yang larut dalam air akan meningkatkan efisiensi pemanfaatan
kalsium dalam tubuh udang dan berpengaruh terhadap tingkat kerja osmotik. Pada
penelitian tahap II, perlakuan dengan penambahan 75 mg/L Ca(OH)2 (kadar Ca2+
media 84,08 mg/L) cukup rendah dibandingkan penambahan 25 mg/L Ca(OH)2 (kadar
Ca2+ media 70,07 mg/L) dan 50 mg/L Ca(OH)2 (kadar Ca2+ media 76,07 mg/L).
Adanya penambahan kalsium dengan konsentrasi berbeda berpengaruh terhadap kadar
kalsium tubuh udang. Dari data yang diperoleh kadar kalsium tubuh tertinggi
yaitu pada perlakuan 50 mg/L Ca(OH)2 sebesar 5429,7 dan terendah pada perlakuan
0 mg/L Ca(OH)2 yaitu 4323,4. Frekuensi molting terbanyak pada perlakuan
penambahan 50 mg/L Ca(OH)2 yaitu 3 kali. Frekuensi molting terendah pada 0 mg/L
Ca(OH) dan 75 mg/L Ca(OH)2 yang masing-masing sebanyak 2 kali selama
pemeliharaan 30 hari. Tingkat kerja osmotik tertinggi pada perlakuan tanpa
penambahan Ca(OH)2 sebesar 0,276 mOsm/L H2O dan terendah pada perlakuan
penambahan 50 mg/L Ca(OH)2 sebesar 0,190 mOsm/L H2O. Tingkat konsumsi oksigen
tertinggi pada perlakuan tanpa penambahan kalsium sebesar 1,71 mg O2/g/jam dan
terendah pada perlakuan penambahan 50 mg/L Ca(OH)2 sebesar 0,63 mgO2/g/jam.
Laju pertumbuhan bobot harian tertinggi pada perlakuan penambahan 50 mg/L
sebesar 4,32 % dan diikuti oleh penambahan 25 mg/L Ca(OH)2 sebesar 3,44 %.
Perlakuan 0 mg/L menunjukkan laju pertumbuhan yang terendah (2,51 %). Laju
pertumbuhan panjang harian tertinggi pada perlakuan penambahan 50 mg/L (1,54%)
dan terendah pada perlakuan 0 mg/L (0,9 %). Kelangsungan hidup yang diperoleh
pada penelitian tahap II ini berkisar antara 89,67 – 98,67%. Efisiensi pakan
tertinggi pada perlakuan penambahan 50 mg/L Ca(OH)2 (10,19%) dan terendah pada
perlakuan 0 mg/L Ca(OH)2 (6,89 %). Efisiensi pakan pada penambahan 50 mg/L
Ca(OH)2 dengan laju pertumbuhan tertinggi yaitu 4,32%. Kisaran nilai parameter
fisik kimia air selama penelitian masih dianggap layak untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup juvenil udang galah.
Penambahan
kalsium 50 mg/L Ca(OH)2 pada media budidaya dengan kadar Ca2+ awal 54,05 mg/L
menghasilkan pertumbuhan juvenil udang galah yang terbaik. Mineral kalsium
Ca(OH)2 dengan konsentrasi tersebut dapat menurunkan tingkat kerja osmotik,
tingkat konsumsi oksigen serta meningkatkan frekuensi molting, laju
pertumbuhan, kelangsungan hidup dan efisiensi pakan.