POTENSI TANAMAN HUTAN
MENYERAP KARBON
Chairil Anwar Siregar1
3.1 Pendahuluan
Fenomena pemanasan
global sebagai dampak meningkatnya kandungan gas rumah kaca di atmosfer sampai
hari ini masih menjadi perhatian serius masyarakat dunia. Berbagai upaya, baik
melalui kegiatan penelitian sampai lobi-lobi politik tingkat internasional
secara intensif dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan seputar pengurangan
emisi gas rumah kaca di atmosfer. Salah satu kesepakatan tersebut adalah
Protokol Kyoto yang di dalamnya menawarkan upaya bersama pengurangan emisi gas
rumah kaca antara negara maju dengan negara berkembang melalui Clean
Development Mechanisme (CDM) yang implementasinya pada periode I akan
dilaksanakan selama 4 tahun (2008-2012) (MacDicken, 1999). Kesepakatan lainnya
adalah hasil dari COP 13 (Bali Action Plan) yang didalamnya
mengamanatkan untuk implementasi REDD+ (Reducing Emission from
Deforestation and Degradation) pada tahun 2012 (Masripatin, 2007). Dengan
mekanisme REDD+ ini, Indonesia memiliki peluang yang besar dalam mekanisme
perdagangan karbon karena memiliki kawasan hutan tropis yang sangat luas dimana
pada saat ini dalam kondisi laju deforestasi dan degradasinya tinggi.
Terkait dengan mekanisme
REDD+, maka diperlukan data laju deforestasi, data degradasi dan potensi
kandungan karbon secara akurat. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam melalui
UKP (Usulan Kegiatan Penelitian) telah melaksanakan penelitian karbon pada
beberapa jenis tanaman. Selama ini telah diperoleh beberapa formulasi persamaan
allometrik biomasa tanaman antara lain jenis agathis, api-api, sengon, meranti,
pinus, akasia dan lain-lain. Berbagai persamaan allometrik tersebut sangat
penting dalam menduga kandungan biomasa tanaman dan karbon secara akurat dalam
rangka mendukung era perdagangan karbon di masa mendatang.
3.2 Tujuan dan Sasaran
Maksud
penelitian ini adalah untuk memberikan informasi/gambaran mengenai potensi
tanaman hutan dalam menjerap karbon sehingga dapat mengurangi efek gas rumah
kaca dan dapat memperbaiki kualitas lingkungan.
Tujuan
kegiatan ini adalah untuk mensintesakan hasil-hasil penelitian karbon yang
telah dilaksanakan oleh Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam dengan
memperhatikan masukan-masukan dari berbagai pihak.
Sasaran atau target
penelitian ini adalah tersedianya informasi dan data akurat mengenai
hasil-hasil penelitian karbon secara komprehensif yang telah dilaksanakan oleh
Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam beserta UPT-UPT terkait.
Metodologi
Kegiatan sintesa penelitian
pada tahun 2009 ini dilaksanakan melalui tahapan pengumpulan data, analisis
data, diskusi, seminar, pembuatan laporan hasil penelitian dan publikasi.
Pengumpulan data dilakukan
melalui koleksi data sekunder dan data primer yang diperoleh dari hasil
penelitian. Analisis data dilakukan melalui tabulasi data dan interpretasi data
dengan bantuan software komputer seperti Microsoft Office Excel (2003)
dan SAS (1995). Kegiatan diskusi dilaksanakan melalui diskusi antar
peneliti dan diskusi dengan nara sumber terkait. Seminar dilaksanakan dengan
mengundang para peneliti dan nara sumber terkait baik dari Perguruan Tinggi
maupun dari lembaga penelitian lainnya. Pembuatan laporan hasil penelitian dan
publikasi dilakukan setelah mendapatkan masukan dari berbagai pihak dari hasil
diskusi maupun hasil seminar.
Dalam kegiatan kuantifikasi
biomassa karbon pada hutan tanaman, dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut:
Bahan
dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi : meteran, phiband, golok, chainsaw,
gergaji kayu, cangkul, timbangan, oven, timbangan digital, karung, tali
ikat, plastik, spidol, pensil, kamera, kalkulator, buku catatan dan komputer.
Prosedur
Kerja
Formulasi persamaan
allometrik tegakan hutan untuk penilaian sekuestrasi karbon dilaksanakan
melalui kegiatan pengukuran kandungan biomasa dan karbon.
3.3.2.1 Disain plot
penelitian
Kegiatan pengukuran kandungan biomasa dan karbon dilakukan pada 4
plot penelitian dengan ukuran masing-masing seluas 20 x 20 meter (Gambar 1).
Gambar 1. Disain
plot penelitian
3.3.2.2 Pengukuran biomasa
tegakan dengan destructive sampling
Destructive sampling merupakan metode pengukuran biomasa tegakan dengan cara menebang
dan membongkar seluruh bagian pohon. Pengukuran biomasa dilakukan
berdasarkan bagian-bagian
pohon, yaitu akar, batang, cabang, ranting, dan daun, dengan tahapan kegiatan
sebagai berikut:
1. Jumlah pohon yang ditebang sebanyak 35 pohon
untuk keempat plot dan harus mewakili kelas diameter rendah, sedang dan besar.
Batasan 35 pohon ini sifatnya relatif karena tergantung dari sebaran kelas
diameter yang ada. Oleh karena itu, jumlah pohon yang ditebang kemungkinan bisa
lebih kecil dari jumlah 35 pohon. Meskipun jumlah pohon yang akan ditebang
jumlahnya lebih kecil dari jumlah 35 pohon, tetapi diusahakan supaya kelas
diameter yang ada mewakili kelas diameter kecil, sedang dan besar.
2. Sebelum ditebang, ukur diameter batang dan
tinggi pohonnya.
3. Setiap bagian pohon yang telah ditebang yakni
akar, batang, cabang, ranting, dan daun dipisahkan dan ditimbang untuk
mengetahui berat biomasa segarnya (Kg).
4. Ambil sampel sebesar 200 gram pada setiap
bagian pohon (akar, batang, cabang, ranting, dan daun) untuk diukur berat
keringnya di laboratorium
5. Hitung persamaan allometrik (koefisien a ~ b)
dengan formulasi sebagai berikut:
W total (berat biomasa total, Kg) = a (DBH)b, dimana:
DBH: diameter batang
6. Biomasa karbon = berat biomasa x 0,5 (Brown,
1997).
Hasil dan Pembahasan
Persamaan Allometrik
Kegiatan penelitian UKP Teknologi dan Kelembagaan Pemanfaatan Jasa
Hutan sebagai penjerap karbon pada tahun 2003-2009 telah dilaksanakan pada
beberapa jenis tanaman. Selama ini telah diperoleh beberapa formulasi persamaan
allometrik biomasa tanaman antara lain jenis agathis, api-api, sengon, meranti,
pinus, akasia dan lain-lain. Berbagai persamaan allometrik (Tabel 1) tersebut
sangat penting dalam menduga kandungan biomasa tanaman dan karbon secara akurat
dalam rangka mendukung era perdagangan karbon di masa mendatang. Persamaan allometrik
tersebut diperoleh dari kegiatan destructive sampling pada 9 jenis
tanaman sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Pada setiap kegiatan destructive
sampling mengambil sebanyak 35 sampel tanaman, dengan demikian selama tahun
2003-2009 telah dilakukan destructive sampling sebanyak 315 sampel.
Tabel . Persamaan allometrik pada beberapa jenis
hutan tanaman
No.
|
Jenis
tanaman
|
Persamaan
allometrik
(Total
Dry Weight)
|
Lokasi
|
1.
|
A. mangium
|
TDW = 0.12 (DBH)2.28
|
Maribaya, Bogor
|
2.
|
P. merkusii
|
TDW = 0.1 (DBH)2.29
|
Cianten, Bogor
|
3.
|
S. leprosula
|
TDW = 0.15 (DBH)2.3
|
Ngasuh. Bogor
|
4.
|
P. falcataria
|
TDW=0.1479 (DBH)2.2989
|
Sukabumi
|
5.
|
P. falcataria
|
TDW = 0.2831 (DBH) 2.063
|
Kediri
|
6.
|
Avicennia marina
|
TDW = 0.2901(DBH) 2.2605
|
Ciasem, Subang
|
7.
|
Agathis loranthifolia
|
TDW = 0.4725 (DBH) 2.0112
|
Baturaden
|
8.
|
Aleurites moluccana
|
TDW = 0,064(DBH)2,4753
|
Kutacane, Aceh Tenggara
|
9.
|
Rhizophora mucronata
|
TDW = 0,1366(DBH)2,4377
|
Ciasem, Purwakarta
|
10.
|
Tanah kering
|
TDW = 0.1728 (DBH) 2.2234
|
Lokasi No. 1, 2, 3, 4, 5, 7 dan 8.
|
11.
|
Tanah mangrove
|
TDW = 0.2064 (DBH) 2.34
|
Lokasi No. 6 dan 9.
|
Dari hasil semua destructive
sampling, apabila dikelompokkan berdasarkan kerapatan jenis kayu (Gambar 3)
maka terdapat dua persamaan allometrik hutan tanaman di tanah kering (jenis
tanaman: A. mangium, P. merkusii, S. leprosula, P. falcataria, A.
loranthifolia dan A. moluccana) dan tanah mangrove (jenis tanaman: A.
marina dan R. mucronata) (Gambar 2).
Potensi Biomassa
Beberapa Jenis Hutan Tanaman
Pengukuran jasa hutan sebagai penjerap karbon berkaitan erat
dengan potensi biomassa dimana dalam 50% biomassa tersusun/terkandung karbon
(C). Potensi biomassa, serapan CO2 dan kerapatan jenis kayu beberapa jenis
hutan tanaman disajikan sebagaimana pada Tabel.
Tabel . Potensi biomassa, serapan CO2 dan kerapatan jenis kayu beberapa jenis hutan
tanaman
No.
|
Jenis
tanaman
|
Diameter
(cm)
|
Potensi
Biomassa (ton/pohon)
|
Serapan
CO2 (ton/ pohon)
|
Kerapatan
Jenis Kayu (kg/m3)
|
Lokasi
|
1.
|
A. mangium
|
5.5-35.5
|
0.058
|
0.106
|
450.00
|
Maribaya, Bogor
|
2.
|
P. merkusii
|
5.5-35.5
|
0.049
|
0.090
|
575.00
|
Cianten, Bogor
|
3.
|
S. leprosula
|
5.5-35.5
|
0.076
|
0.139
|
583.00
|
Ngasuh. Bogor
|
4.
|
P. falcataria
|
5.5-35.5
|
0.076
|
0.139
|
365.00
|
Sukabumi dan Kediri
|
5.
|
Avicennia marina
|
5.5-35.5
|
0.132
|
0.242
|
680.00
|
Ciasem, Subang
|
6.
|
Agathis loranthifolia
|
5.5-35.5
|
0.048
|
0.088
|
500.00
|
Baturaden
|
7.
|
Aleurites moluccana
|
5.5-35.5
|
0.052
|
0.095
|
480.00
|
Kutacane, Aceh Tenggara
|
8.
|
Rhizophora mucronata
|
5.5-35.5
|
0.101
|
0.185
|
695.00
|
Ciasem, Purwakarta
|
9.
|
Tanah kering
|
5.5-35.5
|
0.071
|
0.130
|
506.00
|
Lokasi No. 1, 2, 3, 4, 6
dan 7.
|
10.
|
Tanah mangrove
|
5.5-35.5
|
0.117
|
0.215
|
687.50
|
Lokasi No. 5 dan 8.
|
Dalam penelitian ini,
kerapatan jenis kayu memegang peranan penting dalam pengelompokan jenis untuk
pembuatan persamaan allometrik. Perbedaan lokasi dengan karakteristik tempat
tumbuh yang berbeda namun memberikan hasil yang sama, yaitu P. falcataria di
Sukabumi dan Kediri karena memiliki tren grafik persamaan allomterik yang sama
dalam satu kelompok. Selain itu, potensi biomassa tanaman P. falcataria di
Sukabumi (225.56 ton/ha) tidak berbeda jauh dengan Kediri (268.63 ton/ha).
Indikasi yang sama ditemukan dalam biomassa A. moluccana di Aceh dan di
Lampung. Menurut Ginting dan Pradjadinata (1995), hasil penelitian biomassa A.
moluccana di Aceh (164.1 ton/ha) tidak berbeda jauh dengan biomassa A.
moluccana di Lampung (182.89 ton/ha).
Hubungan antara biomassa tanaman dengan kerapatan jenis kayu |
Hubungan antara DBH tanaman dengan
biomasa total tanaman
|
Tabel . Hasil analisis beda nyata nilai tengah
biomassa (ton/pohon) pada berbagai jenis
Jenis
Tanaman
|
Nilai
Tengah Biomassa (ton/pohon)
|
Avicennia marina
|
0.132
a
|
Rhizophora mucronata
|
0.101
a
|
Shorea leprosula
|
0.076
b
|
Paraserianthes falcataria
|
0.076
b
|
Acacia mangium
|
0.058
b
|
Aleurites moluccana
|
0.052
b
|
Pinus merkusii
|
0.049
b
|
Agathis loranthifolia
|
0.048
b
|
beda nilai
tengah tukey (p-value
= 0.048)
Penutup
Sebagai penutup beberapa
hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Terdapat dua kelompok persamaan allometrik hutan
tanaman di tanah kering dan tanah mangrove yang merupakan hubungan antara DBH
dengan berat kering total tanaman. Persamaan tersebut adalah: berat kering
total = 0.1728 (DBH)2.2234 (untuk hutan tanaman di tanah
kering) dan berat kering total = 0.2064 (DBH) 2.34 (untuk hutan tanaman di tanah mangrove).
2. Terdapat pengelompokan dua kerapatan jenis kayu:
1) kelompok berat jenis kayu pada tanah kering (jenis tanaman: A. mangium,
P. merkusii, S. leprosula, P. falcataria, A. loranthifolia dan A.
moluccana) dan 2) kelompok berat jenis kayu pada tanah mangrove (jenis
tanaman: A. marina dan R. mucronata).
3. Biomassa tanaman dan kerapatan jenis kayu memiliki
hubungan yang sangat erat dan sangat signifikan (hasil korelasi Pearson = 0.812
dan nilai peluang kesalahan = 0.004). Hal ini menunjukkan bahwa nilai kerapatan
kayu dapat dijadikan dasar dalam pengelompokan jenis untuk pembuatan persamaan
allometrik (hubungan DBH dengan biomassa total) karena memiliki tren grafik yang
sama.
4. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan
lokasi dengan karakteristik tempat tumbuh yang berbeda akan memberikan hasil
tren persamaan allometrik yang sama. Yang menjadi faktor pembatas utama dalam
penelitian ini adalah kerapatan jenis kayu.