Sumber gambar: justanotherfuckingsite.blogspot.com |
a. Masa krisis pertama larva kerapu dialami pada waktu berumur 2 hari (D2)
memasuki umur 3 hari (D3)
Dimana pada saat itu kandungan kuning telur
telah mulai menipis dan terserap habis. Setelah cadangan pakan tersebut habis,
maka pemenuhan pakan yang sesuai dengan ukuran mulut dan nilai gizi pakan
mutlak diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup larva. Masa krisis ini akan
berlangsung sampai dengan hari ke 6 (D6), dikarenakan terjadi perubahan cara
hidup dari larva yang semula gerakannya aktif. Larva harus aktif mencari makan
dari luar karena kandungan kuning telur yang merupakan cadangan pakan telah
habis. Pemberian pakan yang sesuai baik jenis, maupun kandungan gizinya mutlak
diperlukan. Larva yang telah melewati umur 6 hari (D6) mempunyai peluang untuk
hidup lebih besar, karena hampir semua larva yang bertahan hidup telah mampu
mencari pakan yang tersedia disekelilingnya.
b.
Masa krisis kedua dijumpai pada waktu larva
berumur 8 hari (D8) memasuki umur 9 hari (D9)
Dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan
bentuk tubuh sangat panjang dan spesifik, sampai pada hari ke 20 (D20) larva
berkembang dengan baik dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda kematian, akan
tetapi memasuki hari ke 22 (D22), 23 (D23) sebagian dari larva baik yang masih
kecil maupun yang sudah besar mulai nampak adanya kematian. Diawali dengan
adanya gerakan memutar (whirling) yang tidak terkendali kemudian terbalik lalu
mati.
Strategi
a.
Pemeliharaan Larva
Larva kerapu mempunyai kuning telur sebagai
cadangan makanan sampai larva berumur 2 hari. Umur 3 hari kuning telur mulai
terserap habis, perlu diberi pakan dari luar berupa:
ü Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan
1 - 3 ekor/ml
ü Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan 10
4 - 10 5 sel/ml. Pemberian pakan ini
sampai larva berumur 16 hari dengan penambahan secara bertahap rotifera sampai
kepadatan 5 ~ 10 ekor/ml plytoplankton 10 5 -2.10 5 sel/ml media. Umur 9 hari
mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 ~
0,75 ekor/ml media, pakan diberikan sampai larva berumur 25 hari dengan
peningkatan kepadatan mencapai 2 ~ 5 ekor/ml media. Umur 17 hari larva dicoba
diberi pakan artemia yang telah berumur 1 hari kemudian secara bertahap diubah
dari artemia berumur 1 hari ke artemia setengah dewasa dan akhirnya artemia
dewasa sampai larva berumur 50 hari. Setelah larva berumur 29 - 31 hari berubah
menjadi benih aktif, menyerupai kerapu dewasa. Pada saat ini mulai dicoba
pemberian pakan dengan cincangan daging ikan.
b.
Pengelolaan
Kualitas Air
Bak
penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larva dengan
penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.10 3 -10 4 sel/ml.
Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang ditimbulkan oleh telur yang
tidak menetas dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan. Pembersihan dasar bak
dengan cara penyemprotan dilakukan pada hari pertama dengan maksud untuk
membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur. Penggantian air
dilaksanakan pertama kali pada saat larva berumur 6 hari (D6) yaitu sebanyak 5
- 10%. Penggantian air dilakukan setiap hari dan dengan bertambahnya umur
larva, maka volume air perlu diganti juga semakin banyak. Pada saat larva telah
berumur 30 hari (D30) pengganti air dilakukan sebanyak 20% dan bila larva telah
berumur 40 hari (D40) air yang diganti sebanyak 40%.