Pemijahan
Pemijahan teripang dapat dilakukan dengan
beberapa cara : secara alami, dengan pembedahan, perangsangan kejut suhu, dan
perang sarigan desikasi dan penyemprotan air.
Pemijahan alami
Sumber Gambar news.mongabay.com |
Pemijahan dengan pembedahan
Metode pembedahan dilakukan dengan cara
membelah teripang pada bagian bawah tubuh dari anus menuju ke atas. Dalam
pembelahan gonad ini apabila didapatkan kantong telur, berarti teripang
tersebut betina. Kantong telur kemudian ditoreh dengan gunting dan telur
dimasukkan ke tempat pemijahan yang berisi air laut bersih. Jika yang ditemukan
testis, maka teripang tersebut jantan. Gonad jantan (testis) juga dipotong
menjadi beberapa bagian sehingga sperma keluar dan ditampung di dalam wadah
lain yang berisi air laut. Kemudian telur dan sperma dicampur menjadi satu dan
diaduk perlahan-lahan,
Teripang sedang memijah biasanya tubuh menggeliat dan muncul di
permukaan lalu didiamkan sehingga terjadi pembuahan. Telur yang terbuahi
dipanen dengan saringan dan dipindahkan ke tempat pemeliharaan larva.
Pemijahan
dengan perangsangan kejut suhu
Metode ini dilakukan dengan cara peningkatan
suhu air. Suhu air yang digunakan dalam pemijahan dapat dinaikkan dengan cara
bak air dijemur di terik matahari, air direbus, atau dengan alat pemanas
elektrik. Pemanasan dilakukan hingga suhu air mencapai 3 - 4°C lebih tinggi
dari suhu awal. Di Indonesia yang iklimnya tidak banyak berubah (terutama di
musim kemarau), penjemuran dengan sinar matahari merupakan alternatif terbaik
dalam pemijahan ini. Pemijahan juga terjadi pada induk yang diperlakukan dengan
suhu 37°C. Teripang yang memijah segera diambil dan dipindah ke tempat lain
yang berisi air laut bersih untuk melanjutkan pemijahan di tempat tersebut.
Pemijahan terjadi secara terus menerus selama 15 - 20 menit. Adanya sperma yang
keluar merangsang induk betina untuk mengeluarkan sel telurnya.
Telur teripang setelah dibuahi akan mengendap didasar bak.
Larva teripang stadium auricularia bersifat planktonis yaitu
hidupnya melayang-layang di air.
Perkembangan
dan pemeliharaan larva
Telur teripang berbentuk bulat dan berwarna
putih. Ukuran telur bervariasi antara 160 - 180 mikron. Jumlah telur yang
dikeluarkan oleh seekor induk betina berkisar antara 4 – 5 juta butir. Telur
yang telah dibuahi akan mengendap di dasar bak atau di perairan habitatnya.
Sedangkan telur yang tidak dibuahi akan melayang dekat permukaan air.
Kualitas telur terbuahi yang baik umumnya akan menghasilkan larva dengan persentase hidup yang tinggi. Oleh sebab itu, seleksi telur yang baik dan penanganan segera setelah telur dibuahi sangat penting diperhatikan.
Kualitas telur terbuahi yang baik umumnya akan menghasilkan larva dengan persentase hidup yang tinggi. Oleh sebab itu, seleksi telur yang baik dan penanganan segera setelah telur dibuahi sangat penting diperhatikan.
Larva teripang stadium pentacula mempunyai tentakel dan kaki
tabung.
Beberapa waktu setelah dibuahi, telur mengalami
perkembangan embrional menjadi 2, 4, 8, 16 sel, dan seterusnya sehingga
membentuk banyak sel. Ukuran rata-rata sel tersebut sekitar 194 mikron. Selang
10 - 12 jam kemudian akan membentuk stadium blastula yang rata-rata berukuran
380,01 mikron. Selanjutnya berkembang menjadi stadium gastrula yang berukuran
antara 390,50 - 402,35 mikron. Setelah lebih dari 32 jam, telur akan menetas
menjadi larva dan membentuk stadium auricularia yang terbagi menjadi stadium
awal, tengah, dan akhir. Ukuran larva teripang pada stadium ini rata-rata
antara 812,50 -987,10 mikron. Pada stadium ini larva mulai diberi pakan
plankton jenis Dunaliella sp, Phaeodactylum sp, dan Chaeoceros sp sebanyak 40 -
60 x 103 sel/ml. Selama stadium auricularia awal sampai menjelang stadium
auricularia akhir, larva lebih banyak hidup di permukaan air. Kepadatan larva
yang dikehendaki selama stadium ini kira-kira 300 – 700 ekor per liter. Jika
kepadatan terlalu tinggi, larva akan bergerombol menjadi satu, berbentuk
seperti bola, dan berada di dasar bak. Bila dibiarkan, larva ini akan mati.
Sepuluh hari kemudian, larva berkembang
membentuk stadium doliolaria Pada stadium ini larva berbentuk lup, mempunyai
lima sabuk dan dua tentakel yang menjulur ke luar. Larva dengan ukuran antara
614,78 - 645,70 mikron ini dapat bergerak cepat ke depan. Badan bagian belakang
berbentuk cincin datar. Pada setiap sudut terdapat lima kelompok silia (bulu
getar). Stadium auricularia dan doliolaria bersifat planktonis, yaitu hidupa.
melayang-layang di air. Selang tiga belas hari kemudian doliolaria berubah ke
stadium pentactula. Larva berwama cokelat kekuningan dengan panjang antara
1.000 - 1.200 mikron. Badan berbentuk tubuler dengan lima buah tentakel pada
pangkal bagian depan dan sebuah kaki tabung pendek pada pangkal belakang.
Kurang lebih delapan belas hari, kaki tabung dan tentakel terlihat lebih jelas
dan terdapat bintil-bintil di permukaan kulitnya. Larva pada stadium pentactula
mempunyai kebiasaan berada di pinggiran bak bagian bawah dan sedikit menyukai
di bawah permukaan air. Salinitas selama pemeliharaan diusahakan antara 32 - 34
per mil dan suhu antara 27 - 29°C. Segera setelah larva berada di dasar bak,
diberi makanan berupa suspensi mmput laut jenis Ulva dan Sargassum.
Pemeliharaan
juvenile
Pada stadium doliolaria, harus disiapkan
kolektor (tempat untuk menempel). Pada lokasi atau tempat pemeliharaan yang
berbeda, jenis kolektornya pun berbeda pula, tergantung dari jenis bahan yang
tersedia di lokasi setempat. Beberapa jenis kolektor antara lain sebagai
berikut :
a.
Kerangka dari bahan plastik
yang keras dengan ukuran sekitar (60 X 10 X 80) cm, dan di bagian tengah,
dijahitkan kain atau plastik transparan.
b.
Kerangka dari kawat berlapis
plastik (kawat no. 8 - 10) yang berbentuk segi empat, dan di bagian tengahnya
dipasang lembaran plastik kaca atau bahan lain.
c.
Kerangka dari kayu atau bambu
berbentuk segi empat, dan dll bagian tengahnya dipasang lembaran kain, jaring
plastik, atau bahan lain.
d.
Batu atau batu karang
berbagai ukuran yang diletakkan di dasar bak.
Kolektor tersebut ditempatkan di dalam bak
pemeliharaan. Pada prinsipnya kolektor harus mempunyai persyaratan sebagai
berikut :
a.
Tidak beracun dan tidak
menyerap banyak air.
b.
Mudah pengaturan dan
pengamatannya (juvenil yang menempel mudah diamati).
c.
Mampu ditempeli secara
maksimal dan merata di seluruh bidang kolektor.
d.
Bahan mudah diperoleh dan
tidak mahal.
Sebaiknya kolektor yang dipasang telah
ditempeli diatomae (lumut) sehingga pada saat juvenil menempel, pakan yang
dibutuhkan telah tersedia. Juvenil biasanya hanya dapat bergerak-gerak lemah
setelah mengalami metamorfosis penuh. Sehingga jika pakan yang dibutuhkan tidak
tersedia dengan tepat, akan menyebabkan kematian. Pada saat juvenil mencapai
ukuran 2 - 5 mm, diberi pakan dua kali sehari. Jumlah ini terns ditingkatkan
seiring dengan laju pertumbuhannya. Lima belas hari setelah menempel pada
kolektor, juvenil dapat dilihat dengan mata dan dapat dihitung. Kepadatan yang
baik antara 5 – 10 ekor tiap kolektor, atau kepadatan optimum dalam satu bak
pemeliharaan adalah 200 - 500 ekor/m2. Cara ini dilakukan terus menerus sampai
benih tersebut berusia 1,5 – 2 bulan. Pada saat tersebut ukuran benih teripang
antara 1,5 - 2 cm.
Sumber :