Banyak
jenis alat tangkap ikan, sehingga dalam cara merancangnya memerlukan pendekatan
yang luwes. Merancang alat tangkap adalah proses mempersiapkan uraian teknis
dan menggambar alat tangkap agar dapat memenuhi syarat-syarat penanganan alat,
teknis, penggunaan alat, ekonomis dan social. Penyelesaian masalah yang
terdapat dalam memproduksi alat tangkap agar memenuhi sifat-sifat tersebut
adalah sangat komplek; pertama karena sifat teknologi yang komplek dan kedua
karena beberapa sifat yang bertentangan harus digabungkan. Pada dasarnya, untuk
meracang alat tangkap, cukup bila dipunyai pengalaman praktek menangkap ikan
dan mampu melaksanan perhitungan teknis. Dengan pengetahuan ini, rencana dan
spesifikasi alat tangkap ikan dapat dikembangkan dan alat dibuat dan diuji di
laut. Jika alat tangkap yang baru kurang memuaskan, maka perlu dimodifikasi
atau bahkan dirancang dari permulaan dengan memperhitungkan kesalahan
sebelumnya.
Dalam merancang alat tangkap ikan perlu secara terus
menerus ditaksir mutu penangkapan dan teknis serta efisiensi ekonomisnya.
Masalah dalam merancang alat penangkap dapat dipecahkan melalui banyak cara dan
tambahan pula terdapat banyak jenis alat tangkap ikan. Oleh karena itu teori
dalam merancang tidak ada ketetapan, penyelesaian rutin atau resep-resep dan
perancang harus kreatip dalam setiap hal dalam berbagai keadaan ini.
Hasil guna alat tangkap ikan sangat tergantung pada
pengetahuan dan disesuaikan dengan tingkah laku ikan di dalam lingkungan
gerakan (ruang lingkup) alat tangkap dan hal ini tidak dapat diperkirakan
dengan perhitunagan angka. Persesuaian antara suatu alat tangkap tertentu
dengan tingkah laku ikan dan kondisi penangkapan ditaksir secara empiris
kemudian persyaratan utama dari alat yang dirancang biasanya disusun secara
subyektip, didasarkan atas pengalaman penangkapan ikan.Faktor ini memberi
syarat khusus dalam proses mendesain, sering lebih bersifat semi dari pada
ilmiah.
Pengetahuan umum dan kemampuan nelayan yang harus
menggunakan alat tangkap baru juga mempengaruhi sifat-sifat desain dapat
dipertimbangkan.
Misalnya suatu alat tangkap yang canggih atau rumit tidak dapat digunakan
secara semestinya, dipelihara dan diterapkan pada suatu perikanan rakyat. Jika
untuk mengoperasikan alat tangkap diperlukan perlengkapan elektronik atau
mesin-mesin berteknologi tinggi, maka nelayan harus dapat menyerap latihan
teknik yang relevan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang nyata dan umum
dimana alat tangkap dapat dan
seharusnya diracang memakai metoda dan analisa teknis:
1.
Penampilan dari suatu alat tangkap yang telah dikenal
dan yang diuji harus disempurnakan dengan memperbaiki sifat-sifat tekniknya
seperti dengan menggunakan bahan jaring yang lebih sesuai, dengan tali-temali
yang lebih baik, atau dengan mengurangi berat atau biaya konstruksi.
2.
Alat tangkap yang telah dibuat harus dimodifikasi untuk
menampung daerah penangkapan yang baru, teknik operasional dan sebagainya.
Bentuk baru dibuat dengan suatu analisa elemen alat tangkap yang telah ada itu
dan dengan pengujian model yang diikuti oleh test skala penuh pada kodisi
penangkapan.
3.
Suatu jenis alat tangkap yang betul-betul baru yang
dirancang tanpa prototip. Kesulitan yang utama adalah bahwa reaksi ikan
terhadap cara penangkapan yang baru tidak diketahui. Tugas seperti ini meliputi
merancang dan menguji model-model percobaan berturut-turut dan alat skala penuh
dalam kondisi penangkapan.
Mutu utama dari alat tangkap ikan dan desainnya yaitu
kelayakan ekonomis dan efisiensi penangkapan, yang tergantung banyak factor
seperti adanya sumberdaya ikan, kebutuhan pasar akan ikan dan harganya, biaya
operasi armada penangkapan, jumlah, ukuran dan jenis perahu/kapal ditempat
tersebut, jauh dekatnya dari pelabuhan, tersedianya bahan dan komponen alat
tangkap dan teknik yang mendukung konstruksi dan merawat armada, pengelolaan
sumberdaya ikan (peraturan dan hambatan operasionalnya), keadaan
hidrometeorologi, tersedianya nelayan dan tenaga ahli dan tergantung juga pada
kondisi teknik dan kondisi ekonomi lainnya. Desain yang baru sebaiknya
disesuaikan dengan syarat-syarat tersebut diatas dan kondisi teknik, ekonomi
serta social lainnya.
Sumber: Burhanuddin, S.Pi (Widyaiswara Madya BKPI Tegal)