Populasi Artemia dijumpai hidup
banyak di danau-danau garam dan tambak-tambak garam di seluruh dunia. Pada
suatu saat tertentu di setiap tahun, banyak partikel (butiran) berwarna coklat
berdiameter antara 200-300 mikron mengapung di permukaan danau. Partikel coklat ini dalam jumlah banyak
terlihat seperti tepung yang sebenarnya terdiri dari kista kering yang tidak
aktif dalam kondisi tetap “tidur” (crystobiosis) sepanjang kondisi tetap
kering.
Selama kondisi terendam air laut,
kista yang bentuknya bundar ( biconcave) akan terhidrasi, berubah bentuk
menjadi lonjong (spherical), dan di dalam cangkang embrio terus mengalami
proses metabolism. Selama 24 jam masa inkubasi membrane luarnya pecah dan
embrionya keluar. Beberapa jam kemudian embrio betul-betul meninggalkan
cangkangnya. Namun masih melekat di bawah cangkangnya (fase payung). Di dalam
fase membrane penetasan perkembangan nauplii telah selesai, kaki-kakinya mulai
bergerak dan dalam jangka pendek membrane penetasan pecah dan terpisah (disini
istilah penetasan dimulai) dan nauplii yang bebas berenang lahir.
Fase larva yang pertama berukuran
400-500 mikron panjangnya, berwarna coklat-oranye (sebagai akumulasi cadangan
telurnya) dan mempunyai 3 pasang kaki. Kaki pertama atau antenna pertama
disebut antennulae yang berfungsi sebagai alat gerak dan menyaring makanan, dan
mandible yang berfungsi untuk meraup makanan. Mata tunggal (ocellus) berwarna
merah terletak diantara antenna pertama. Bagian ventral hewan ini tertutup oleh
labrum besar yang berperan dalam proses pengambilan makanan (mentransfer
partikel makanan dari seta penyaring ke dalam mulutnya). Instarl belum bisa
makan karena sistem pencernaannya belum berfungsi, apalagi mulut dan anusnya
masih tertutup.
Setelah kira-kira 12 jam hewan
berganti kulit kedalam fase larva yang ke-2 (dikenal juga sebagai instar II).
Partikel makanan berukuran kecil (misal sel algae, bacteria, detritus) antara
1-40 mikron disaring oleh antenna ke-2 dan kemudian dimasukkan kedalam saluran
pencernaannya (ingestion).
Larva berkembang dan berubah
bentuk melalui 15 kali ganti kulit (moulting). Sepasang kaki lobular muncul di
bagian dada dan berganti menjadi thoracopod, pada kedua sisi sepasang mata
lateral terbentuk. Dari instar 10 keatas, terjadi perubahan fungsi dan
morfologis, misalnya antennae kehilangan fungsi lokomotionnya dan mengalami
perubahan seksual.
Pada hewan jantan, antennae ini
berkembang menjadi pengait/penjepit, ementara pada hewan betina entennae
berubah menjadi kaki-kaki sensor. Thorakopod sekarang berubah kedalam 3 fungsi,
yakni: telopodit dan endopodit yang mempunyai fungsi pergerakan (locomotion)
dan penyaringan makanan (filter-feeding), serta ekspodit membrane berfungsi
sebagai insang (alat pernafasan).
Artemia dewasa berukuran panjang
kira-kira 10mm pada jenis biseksual, dan berukuran sampai 20 mm pada jenis
parthenogenesis polyploidy. Fase dewasa ditandai dengan tubuh yang tumbuh
memanjang dengan 2 pasang mata, saluran pencernaan linier, antenna sensor dan
11 pasang thoracopod yang telah berfungsi. Hewan jantan mempunyai sepasang
supit besar (antenna ke-2) pada daerah kepala, sementara bagian bawah
(posterior) di daerah dada terdapat sepasang penis yang bisa dilihat. Hewan
betina tidak terdapat kaki-kaki yang berbeda di daerah kepala tetapi terletak
tepat di belakang thoracopod yang ke-11.
Menjelang proses kawin (precopulation)
pada Artemia dewasa diawali oleh pejantan yang menjepit si betina dengan
antennae-nya diantara uterus dan thoracopod paling belakang/terakhir. Pasangan
jantan-betina ini dapat berenangrenang dalam waktu yang lama dalam “posisi
membonceng”, memukul thoracopod-nya pada laju yang sinkron. Proses kopulasi
yang sebenarnya terjadi secara cepat dan reflek, yaitu dimana perut Artemia
jantan ditekuk kedepan, begitu penis dimasukkan kedalam uterus, telur dibuahi.
Pada Artemia jenis parthenogenesis pembuahan tidak terjadi dan perkembangan
embrio bermula begitu telur sampai di uterus.
Telur yang telah dibuahi normalnya
berkembang menjadi nauplii yang langsung mampu berenang bebas (free-swimming
nauplii) (ovoviparous reproduction) yang dikeluarkan induknya. Pada kondisi
ektrim, misal kadar garam tinggi atau kadar oksigen rendah, kelenjar
cangkangnya, yakni organ berbentuk seperti anggur yang terletak di uterus,
menjadi aktif dan mengakumulasi produk sekresi berwarna coklat (haematine).
Embryo hanya akan berkembang sampai pada tahap gastrula dimana tahap ini embrio
akan dikelilingi oleh kerangka keras dan tebal yang diproduksi oleh kelenjar
cangkang coklat, memasuki tahap istirahat (dormancy) atau diapauze (berhentinya
proses metabolism embrio) dan dilepaskan oleh betina (oviparous reproduction).
Telur biasanya akan terapung-apung
di permukaan perairan pada kadar garam yang tinggi dan akan terseret
kepinggiran oleh angin dimana telur kemudian mengumpul dan mengering. Karena
proses dehidrasi ini, mekanisme diapauze terhenti sehingga telur kembali
mengalami proses perkembangan embrionik berikutnya ketika terhidrasi pada
kondisi optimal untuk menetas.
Pada kondisi optimal, Artemia bisa
hidup untuk beberapa bulan, tumbuh dari nauplius samapi dewasa hanya 8 hari dan
bereproduksi pada laju lebih dari 300 nauplii atau kista tiap 4 hari. (Tarwiyah
2001)