Menurut
Tarwiyah (2001), Ikan kerapu macan (Epinehelus fuscoguttatus)
digolongkan pada :
Morfologi Ikan Kerapu Macan
Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak
rendah, moncong panjang memipih dan menajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi
pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada
kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan poterior. Habitat
benih ikan kerapu macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis
reticulata dan Gracilaria sp, setelah dewasa hidup di perairan yang
lebih dalam dengan dasar terdiri dari pasar berlumpur. Ikan kerapu termasuk
jenis karnivora dan cara makannya "mencaplok" satu persatu makan yang
diberikan sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai kenis
krustaceae (rebon, dogol dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan (tembang, teri
dan belanak).
1.3
Biologi
Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan betina akan
berenang bersama-sama dipermukaan air. Pemijahan terjadi pada malam hari,
antara pukul 18.00 sampai pukul 22.00. jumlah telur yang dihasilkan tergantung
dari berat tubuh betina, contoh betina berat 8 kg dapat menghasilkan telur
1.500.000 butir. Telur yang telah dibuahi bersifat "non adhesive"
yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya. Bentuk telur
adalah bulat dan transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 - 0,85 mm. Telur
yang telah dibuahi akan menetas menjadi benih yang aktif berenang. Benih inilah
yang umum tertangkap oleh nelayan. Kelimpahan benih ikan kerapu ini sepanjang
tahun tidak sama. Kelimpahan yang paling tinggi disekitar Teluk Banten terjadi
pada bulan Februari sampai April. Telurnya berwarna coklat dengan diameter 200 – 300 mikron,
sedangkan pada saat dewasa berwarna kuning cerah.
Perkembangbiakan
dengan dua cara yaitu parthenogenesis dan biseksual. Nauplius tubuhnya terdiri
dari tiga pasang anggota badan yaitu antenula, antenna I yang berfungsi sebagai
alat sensor dan antenna II yang berfungsi sebagai alat gerak atau penyaring
makanan dan rahang bawah belum sempurna. Artemia dewasa berukuran 1- 2 cm
dengan sepasang mata majemuk dan 11 pasang thoracopoda
Reproduksi
Siklus hidup Artemia bisa dimulai dari
saat menetasnya kista atau telur. Setelah 15-20 jam pada suhu 25 derajat
celcius kista akan menetas menjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio
ini masih akan tetap menempel pada kulit kista. Pada fase ini embrio akan
tetapmenyelesaikan perkembanganya kemudian berubah menjadi naupli yang akan
bisa berenangbebas. Pada awalnya naupli aka berwarna orange kecoklatan akibat
masih mengandungkuning telur. Artemia yang baru menetas tidak akan makan,
karena mulut dan anusnyabelum terbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam mereka
akan ganti kulit dan memasukitahap larva kedua. Dalam fase ini mereka akan
mulai makan, dengan pakan berupa mikroalga, bakteri, dan detritus organic
lainya. Pada dasarnya mereka tidak akan peduli (tidakmemilih) jenis pakan yang
dikonsumsinya selama bahan tersebut tersedia dalam air denganukuran yang
sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum menjadi dewasadalam
kurun waktu. 8 hari. Artemia dewasa rata-rata berukuran sekitar 8 cm, meskipun demikian
pada kondisi yang tepat mereka dapat mencapai ukuran sampai dengan 20 mm.pada
kondisi demikian biomasnya akan mencapai 500 kali dibandingkan biomas pada
fasenaupli
Pakan kerapu
a. Kualitas dan
kuantitas pakan yang diberikan sangat berpengaruh pada kondisi gonade induk dan
juga keberhasilan pemijahan nantinya.
b.
Pakan utama
induk kerapu adalah ikan dengan kandungan lemak rendah seperti ikan belanak,
ikan ekor kuning, ikan layang dsb. Sekali waktu juga diberikan cumi-cumi.
c.
Dosis
pemberian pakan adalah 3 – 5 % TBW dan sebaiknya diberikan secara pelan-pelan,
satu persatu sebanyak 2 kali sehari, pagi hari jam 07.00 dan sore hari jam
16.00.
d.
Untuk
mempercepat kematangan gonade induk, diberikan beberapa vitamin seperti vitamin
E, vitamin C dan vitamin B-compleks.
e.
Dosis
pemeberian vitamin E adl 30 – 50 mg/kg ikan, dan dosis vitamin B and vitamin C
adl100 mg/fish.
Pemanfaatan Artemia Sebagai Pakan Alami
Populasi Artemia ditemukan di
lebih dari 300 danau air asin baik alamiah maupun buatan di seluruh dunia
((Sorgeloos at al, 2006). Kemampuan beradaptasi secara fisiologis artemia di
kadar garam yang tinggi menjadikan hewan ini satusatunya yang paling efisien
pada system osmoregulasinya di kerajaan binatang (Croghan at al, 2006). Apalagi
hewan ini juga mampu mensintesa secara efisien pigmen-pigmen respirasi
(haemoglobin) untuk mengatasi rendahnya kadar oksigen di media hidupnya dimana
konsentrasi kadar garamnya sangat tinggi (Gilchrist at al, 2006) dan akhirnya
dapat memproduksi kista dormannya ketika kondisi lingkungan membahayakan kelangsunganhidupnya.
Sehingga Artemia hanya akan ditemukan di perairan dengan kadar garam dimana
predatornya tidak bias hidup di dalamnya, yaitu pada ≥70 ppt (Sorgeloos at al,
2006). Pada kondisi dimana tidak ada predator dan kompetitor Artemia dapat
sering berkembang dalam kultur tunggal (monokultur) yang skala besar, dengan
densitas yang terkontrol terutama oleh makanan yang terbatas. Reproduksi
ovoviviparous (nauplii sebagai keturunan langsungnya) terjadi biasanya pada
tingkat kadar garam yang rendah, sementara kista sebagai hasil reproduksi
oviparous diproduksi pada salinitas diatas 150 ppt (Sorgeloos at al, 2006).
Kista kering diambil di
tambak-tambak garam atau danau-danau garam dan di produksi pada Artemia yang
diberi makan fitoplankton alami. Perkembangan terkini menunjukkan bahwa
mengkultur nauplii Artemia hingga dewasa sebagai pakan langsung bagi larvae
yang lebih besar merupakan sumber protein bagi pakan hewan bahkan untuk
manusia(Sorgeloos at al, 2006).
Semenjak munculnya ekspansi
lavikultur secara komersial dan mendunia pada ikan laut dan udang-dangan yang
membutuhkan kista Artemia dalam jumlah banyak, dimana kista kemudian akan
ditetaskan menjadi nauplii sebagai pakan larvae, kebutuhan akan adanya Artemia
menjadi sangat krusial di industry marikultur. Nauplii Artemia yang baru
menetas tidak hanya paling baik tetapi juga diakui sebagai makanan alami yang
gampang didapat (available) bagi larvae ikan dan krustacea di masa-masa awal
siklus hidupnya. Kajian pustaka oleh Lager at al. (2006) mendaftar bahwa
kelompok organisme dalam kerajaan hewan yang paling luas (defersifikatif) seperti
foraminifera, cacing pipih, polikaeta, cnidarians, cumi-cumi, insekta, chaetognatha,
ikan, dan krustasea telah diberi Artemia sebagai sumber pakannya. Kemudahan
pemanfaatan Artemia terletak pada keseterdiaan kista kering kemasan yang
memuaskan konsumen seperti para akuaris, akuakulturis, ahli ekologi perairan, dan
ahli toksikologi lingkungan yang memanfaatkan Artemia sebagai hewan standard di
laboratorium. Menurut Kinne at al (2006) lebih dari 85% hewan laut yang
dikultivasi sejauh ini telah diberi Artemia sebagai sumber makanannya baik
secara single maupun kombinasi dengan sumber makanan yang lain.
Meskipun banyak pakan buatan telah
diproduksi, namun larvae Artemia lanjut dan Artemia dewasa masih merupakan
pakan yang paling baik dalam budidaya ikan dan postlarvae krustasea (Sorgeloos at
al, 2006). Naiknya permintaan menyebabkan berkembangnya produksi Artemia di
banyak Negara, bahkan di Negara dimana tidak ditemukan Artemia di alam. Di
Negara-negara tersebut artemia diproduksi secara ekstensif, semi-intensif atau
secara intensif komersial atau di tambak-tambak garam. Namun demikian,
produksinya tidak bisa mensuplai permintaan dunia akan kista secara nyata
akibat tidak konsistensinya kualitas penetasan (Tackaert and Sorgeloos at al, 2006)
dan nilai nutrisinya bervariasi dari sumber-sumber yang ada walaupun dengan
wadah yang sama (Sorgeloos at al, 2006). Sekarang, lebih dari 70% produksi
kista dunia masih tergantung pada produksi kista di Great Salt Lake of
Utah-USA. Namun demikian, produksinya juga mengkawatirkan karena tergantung
pada kondisi (Bengtson at al, 2006).
Karena sifatnya
Artemia yang tidak selektif dalam mengambil makanan, maka hewan ini bisa diberi
makanan apapun sepanjang ukurannya tidak lebih dari 50 μm. Sehingga, pengkayaan
makanan dengan essential fatty acid (EFA) akan diproduksi Artemia dengan
kualitas nutrisi yang lebih baik pula.