Ikan Coelacanth telah menghuni bumi sejak era Devonia sekitar 380 juta tahun yang lalu dan menariknya, ia tidak mengalami evolusi yang signifikan sepanjang waktu tersebut. Hal ini menjadikannya lebih tua dari dinosaurus yang hidup sekitar 200 juta tahun yang lalu.
Ada dua spesies Ikan Coelacanth yang dikenal di dunia saat ini, yaitu Latimeria chalumnae dan Latimeria menadoensis. Spesies L. chalumnae pertama kali ditemukan di Kepulauan Komoro, Afrika, pada tahun 1938, sementara L. menadoensis ditemukan pertama kali di Manado, Sulawesi Utara, pada tahun 1998.
Para ahli sebelumnya menduga bahwa Coelacanth telah punah sekitar 10 juta tahun yang lalu, namun penemuan-penemuan terbaru membuktikan sebaliknya. Ikan Coelacanth dapat ditemukan di beberapa lokasi di dunia, termasuk Kenya, Tanzania, Kepulauan Komoro, Mozambik, Madagaskar, Afrika Selatan, serta di Indonesia, seperti di Tolitoli, Sulawesi Tengah, dan Manado serta Bunaken, Sulawesi Utara.
Ikan ini biasanya hidup di kedalaman 150-200 meter dengan suhu sekitar 12-18 derajat Celsius, terutama di dalam gua-gua batuan lava yang tersembunyi. Coelacanth adalah predator karnivor yang aktif memburu ikan-ikan kecil pada malam hari.
Dalam klasifikasi ilmiahnya, Coelacanth ditempatkan sejajar dengan jenis ikan yang bernapas menggunakan paru-paru (lungfish) dan amfibi primitif, menunjukkan posisinya yang unik dalam pohon keluarga ikan-ikan bertulang. Meskipun demikian, telur Coelacanth menetas di dalam perut induknya, tetapi tidak tergolong sebagai mamalia laut.
Karena keberadaannya yang sangat langka, masih banyak yang belum diketahui mengenai Ikan Coelacanth. Struktur tubuhnya yang unik mencakup adanya sirip perut (pectoral), sirip dada (pelvic), anal, dan punggung yang menjuntai seperti tangan manusia. Panjangnya dapat mencapai 1,5 meter dengan berat mencapai 40 kg.
Sumber: Aquamarine Fukushima